Menjaga Kedaulatan Bahasa Nasional di Era Globalisasi



Pendahuluan

Di tengah arus globalisasi yang kian deras, bahasa nasional menjadi pilar identitas suatu bangsa. Bahasa adalah alat komunikasi, namun juga simbol kedaulatan, identitas, dan kekayaan budaya. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, telah menghubungkan beragam suku, budaya, dan etnis di Indonesia, membentuk kesatuan dan memperkuat rasa kebangsaan.

Peran Bahasa Nasional sebagai Identitas Bangsa

Bahasa nasional adalah cermin dari kepribadian dan jati diri bangsa. Menurut ahli bahasa dari Indonesia, Dr. Mahsun, bahasa nasional bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan identitas yang memperkuat persatuan bangsa. Dengan menjaga bahasa nasional, kita menjaga kedaulatan bangsa. Kedaulatan bahasa nasional merupakan upaya mempertahankan kebudayaan lokal dari pengaruh globalisasi yang berpotensi melemahkan akar budaya bangsa.

Tokoh pendidikan dan linguistik internasional seperti Noam Chomsky juga berpendapat bahwa bahasa adalah dasar untuk membangun solidaritas sosial dalam suatu negara. Ia menyebut bahwa “bahasa adalah manifestasi dari kebebasan berpikir.” Pandangan ini menunjukkan bahwa mengabaikan bahasa nasional sama dengan mengabaikan kebebasan berpikir masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Dampak Globalisasi terhadap Bahasa Nasional

Globalisasi membawa tantangan besar, terutama bagi negara-negara yang menggunakan bahasa minoritas atau yang menghadapi serbuan bahasa global seperti bahasa Inggris. Meskipun globalisasi membawa manfaat, efeknya terhadap bahasa nasional kerap negatif. Bahasa nasional menghadapi erosi dari budaya populer dan kebiasaan konsumsi konten asing yang dominan. Seiring perkembangan teknologi dan media sosial, generasi muda cenderung menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari, yang dapat melemahkan rasa bangga terhadap bahasa nasional.

Menurut Sosiolog Prancis Pierre Bourdieu, “Bahasa adalah kekuatan simbolik yang harus dipertahankan agar budaya lokal tidak terkikis oleh pengaruh luar.” Pendapat ini menyiratkan pentingnya menjaga otoritas bahasa nasional dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

Perlunya Kebijakan untuk Melindungi Bahasa Nasional

Untuk menjaga eksistensi bahasa nasional, pemerintah perlu mengambil peran aktif dalam menerapkan kebijakan yang mendukung pelestarian bahasa. Di beberapa negara, kebijakan untuk memprioritaskan bahasa nasional dalam pendidikan, administrasi, hingga media massa telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya bahasa nasional. Misalnya, di Prancis, Académie française berfungsi melindungi bahasa Prancis dari pengaruh asing. Langkah ini menjadi contoh bagi Indonesia untuk memiliki lembaga serupa guna menjaga Bahasa Indonesia.

Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah membuat beberapa upaya penting, tetapi tantangan untuk mempertahankan bahasa nasional di era digital tetap besar. Ahli budaya dan linguistik, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, menekankan bahwa perlindungan bahasa tidak bisa hanya diandalkan pada lembaga resmi, namun harus melibatkan masyarakat luas sebagai subjek utama yang mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Pendidikan dalam Melestarikan Bahasa Nasional

Pendidikan adalah salah satu sarana utama untuk melestarikan dan memperkuat kedaulatan bahasa nasional. Sejak dini, generasi muda perlu dibekali dengan kecintaan terhadap bahasa dan budaya bangsa. Dengan memperkuat kurikulum bahasa nasional dan menjadikannya mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan, kita bisa mencetak generasi yang bangga dengan identitas bangsanya.

Ahli bahasa Rusia, Viktor Vinogradov, menyatakan bahwa "Bahasa adalah kekuatan pendidikan." Dengan memprioritaskan pendidikan bahasa nasional, kita memberi landasan kuat bagi pembangunan karakter bangsa yang berdaulat dan bermartabat.

Bahasa Nasional sebagai Alat Pemersatu dan Penguat Nasionalisme

Bahasa Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam. Mengutip pandangan Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jati dirinya, termasuk bahasa.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa bahasa nasional bukan sekadar alat komunikasi, melainkan simbol kebesaran bangsa.

Pendapat serupa juga datang dari tokoh internasional Mahatma Gandhi yang mengatakan bahwa “Kebudayaan sebuah bangsa hidup dalam bahasanya.” Menurutnya, bahasa adalah jiwa dari kebudayaan bangsa itu. Mengabaikan bahasa nasional sama dengan melemahkan budaya lokal.

Tantangan yang Dihadapi dalam Menjaga Kedaulatan Bahasa Nasional

Salah satu tantangan terbesar dalam menjaga bahasa nasional adalah perkembangan teknologi dan media sosial, yang sering kali membuat generasi muda lebih akrab dengan bahasa asing. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menyebabkan penurunan minat dan kebanggaan terhadap bahasa nasional. Dalam konteks ini, kebijakan yang mendorong penggunaan bahasa nasional pada aplikasi digital dan media sosial di Indonesia menjadi sangat penting.

Pengaruh konten budaya asing melalui media sosial mengakibatkan pergeseran bahasa di kalangan anak muda. Bahasa asing cenderung dianggap lebih "keren," padahal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menunjukkan kebanggaan berbangsa.

Kesimpulan

Menjaga kedaulatan bahasa nasional adalah tugas bersama, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga masyarakat umum. Dengan memperkuat peran bahasa nasional di tengah perkembangan globalisasi, kita mempertahankan jati diri bangsa, menjaga kekayaan budaya, dan membangun bangsa yang bermartabat. Kedaulatan bahasa nasional adalah simbol kedaulatan bangsa itu sendiri. Hanya dengan menghargai dan menjaga bahasa nasional, kita bisa mempertahankan identitas dan karakter bangsa yang kuat dalam arus globalisasi.

Postingan populer dari blog ini

TERNYATA BEDA! INI PERBEDAAN CHINA, HONG KONG, TAIWAN DAN MACAU

INI LIMA LAGU YANG WAJIB DIDENGERIN ANAK BAHASA ARAB, NOMOR 03 SUDAH TIDAK ASING!

LIMA KAMPUS ISLAM TERBAIK DI TIMUR TENGAH